Ada sesuatu yang unik dari padel: ia lahir dari ide sederhana di sebuah halaman rumah di Acapulco, Meksiko, tahun 1969, tetapi kini menjelma menjadi fenomena global. Olahraga ini memang belum setua tenis atau bulutangkis, namun pertumbuhannya luar biasa cepat. Di Eropa, khususnya Spanyol dan Italia, padel telah menjadi bagian dari gaya hidup perkotaan, bersaing ketat dengan tenis sebagai olahraga raket paling populer.
Federasi Internasional Padel (FIP), yang berdiri pada 1991, kini menaungi lebih dari 90 negara anggota. Lapangan padel menjamur dari Madrid hingga Buenos Aires, dari Dubai hingga Jakarta. Tidak mengherankan jika sejumlah nama besar dunia olahraga—termasuk pesepakbola—ikut mempopulerkannya. Meski klaim tentang pemain dunia seperti Lionel Messi atau Ibrahimovic yang rutin bermain masih simpang siur, popularitas padel sebagai “olahraga selebriti” memang nyata adanya.
Sejarah Singkat Padel
Cikal bakal padel berasal dari Enrique Corcuera, seorang warga Meksiko yang pada 1969 ingin membuat permainan tenis lebih sederhana dan bisa dimainkan di ruang terbatas. Ia memodifikasi lapangan dengan menambahkan dinding, membuat peraturan servis yang berbeda, serta menggunakan raket solid tanpa senar. Tak disangka, eksperimen itu melahirkan cabang olahraga baru.
Padel lalu dibawa ke Spanyol oleh Alfonso de Hohenlohe, seorang bangsawan yang jatuh hati pada permainan ini saat berkunjung ke Meksiko. Sejak saat itu, padel mendapat tempat istimewa di Spanyol dan kemudian menyebar ke negara-negara Eropa lain, Amerika Latin, hingga Timur Tengah dan Asia. Kini, Spanyol bisa disebut sebagai “ibu kota padel dunia,” dengan jutaan pemain aktif dan ribuan lapangan.
Aturan Main Padel
Sekilas, padel tampak seperti tenis mini yang dimainkan di dalam kotak kaca. Namun, ada sejumlah perbedaan penting yang membuatnya unik:
-
Format Pertandingan
Padel hampir selalu dimainkan dalam format ganda (dua lawan dua). Hal ini membuat permainan lebih dinamis, cepat, dan penuh kerja sama tim. -
Lapangan dan Dinding
Ukuran lapangan padel lebih kecil dari tenis, sekitar 10 x 20 meter, dikelilingi oleh dinding kaca dan pagar logam. Bola yang memantul ke dinding tetap dianggap “hidup”, mirip squash. -
Peralatan
Raket padel berbentuk solid (tanpa senar), lebih pendek dari raket tenis, dan dilengkapi lubang-lubang untuk mengurangi hambatan udara. Bola yang dipakai mirip bola tenis, tetapi sedikit berbeda dalam tekanan. -
Servis dan Skor
Servis dilakukan underhand, bola harus memantul di lantai sebelum menyebrang net, dan pantulan bola tidak boleh lebih tinggi dari pinggang. Sistem skor sama dengan tenis: 15, 30, 40, game. -
Strategi Permainan
Jika tenis menekankan pada power dan teknik pukulan, padel lebih menuntut kecerdikan strategi, refleks cepat, dan komunikasi tim. Menggunakan dinding kaca untuk menjebak lawan adalah salah satu ciri khasnya.
Mengapa Padel Begitu Cepat Populer?
Ada beberapa alasan mengapa padel tumbuh begitu cepat dan diminati berbagai kalangan:
-
Mudah Dipelajari
Entry level padel lebih rendah daripada tenis. Pemula bisa menikmati permainan hanya dalam satu atau dua kali coba. -
Lebih Inklusif
Karena tidak terlalu mengandalkan kekuatan fisik, padel bisa dimainkan oleh pria dan wanita dari berbagai usia. -
Permainan Sosial
Format ganda membuat padel bukan sekadar olahraga, tapi juga ajang bersosialisasi. Di banyak kota, lapangan padel menjadi ruang pertemuan komunitas. -
Gaya Hidup
Padel sering dikaitkan dengan gaya hidup urban modern. Bermain padel menjadi tren bagi eksekutif muda dan komunitas ekspatriat di kota-kota besar dunia.
Padel di Indonesia
Indonesia bukan negara asing terhadap olahraga raket. Bulutangkis bahkan telah menjadi bagian dari identitas nasional, sementara tenis memiliki komunitas yang loyal. Karena itu, padel dipandang memiliki potensi besar berkembang di tanah air.
Pada 2024, Persatuan Besar Padel Indonesia (PBPI) resmi menjadi anggota Federasi Internasional Padel. Dukungan juga datang dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), yang menegaskan komitmen untuk mengembangkan cabang ini, termasuk pembinaan pelatih, wasit, dan atlet.
Jakarta, Bali, Bandung, dan Surabaya menjadi kota-kota pertama yang memiliki lapangan padel. Komunitas kecil mulai tumbuh, dan beberapa klub olahraga elit bahkan sudah memasukkan padel sebagai fasilitas baru. Tantangannya jelas: harga pembangunan lapangan cukup tinggi, dan masih dibutuhkan promosi agar masyarakat lebih mengenal olahraga ini.
Namun, melihat sejarah bulutangkis dan tenis di Indonesia, optimisme tetap ada. Ari Lasso Hendri, Ketua Perkumpulan Padel Indonesia, pernah menyatakan bahwa kultur masyarakat Indonesia yang akrab dengan olahraga raket bisa menjadi modal besar untuk mempopulerkan padel.
Padel dan Masa Depan Olahraga Global
Di masa depan, padel berpotensi menjadi salah satu cabang olahraga internasional yang lebih besar. Spanyol bahkan mendorong agar padel bisa masuk ke Olimpiade. Jika itu terwujud, popularitasnya akan semakin meluas, termasuk di Asia Tenggara.
Bagi Indonesia, padel adalah peluang baru: peluang untuk membangun cabang olahraga yang segar, memberi alternatif rekreasi, sekaligus menambah warna dalam dunia olahraga nasional. Dengan dukungan infrastruktur, promosi, dan komunitas yang aktif, bukan mustahil padel suatu saat akan sepopuler tenis atau bulutangkis.
Padel adalah olahraga modern yang unik—perpaduan antara tenis dan squash, sederhana namun dinamis, kompetitif sekaligus sosial. Dari halaman rumah di Meksiko, kini padel menjelma menjadi tren global dengan jutaan pemain di berbagai benua.
Di Indonesia, padel masih dalam tahap awal, namun fondasinya sudah dibangun. Jika benar-benar dikelola serius, ia bisa menjadi bagian dari gaya hidup baru masyarakat urban sekaligus olahraga prestasi yang diperhitungkan.
Singkatnya, padel bukan sekadar olahraga. Ia adalah cermin perubahan zaman: permainan yang lahir dari eksperimen sederhana, berkembang lewat jejaring global, dan kini berdiri di persimpangan antara rekreasi, komunitas, dan prestasi.