Literasix – Diabetes melitus, yang sering disebut masyarakat sebagai penyakit gula, bukanlah sekadar angka manis yang tinggi dalam tubuh. Ia adalah sebuah kondisi kronis yang diam-diam menggerogoti kesehatan, seringkali tanpa gejala yang jelas di awal. Dalam dunia medis, diabetes melitus adalah salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi hampir semua negara, termasuk Indonesia. Data menunjukkan bahwa jumlah pengidap diabetes terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan pola hidup modern yang kian menjauh dari keseimbangan.
Sayangnya, banyak orang baru menyadari dirinya terkena diabetes ketika komplikasi sudah mulai mengintai. Padahal, dengan pemahaman yang tepat mengenai penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya, risiko diabetes bisa ditekan. Mari kita mengenal lebih dalam tentang penyakit ini.
Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes melitus adalah kondisi ketika tubuh tidak mampu menggunakan atau memproduksi insulin secara optimal. Insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas untuk membantu sel menyerap glukosa dari darah dan mengubahnya menjadi energi. Jika insulin bermasalah, glukosa akan menumpuk dalam aliran darah sehingga kadar gula darah meningkat.
Secara garis besar, ada tiga jenis utama diabetes:
-
Diabetes Tipe 1 – terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel pankreas yang memproduksi insulin. Umumnya muncul sejak usia anak atau remaja.
-
Diabetes Tipe 2 – paling sering ditemui, biasanya muncul akibat resistensi insulin. Faktor gaya hidup berperan besar.
-
Diabetes Gestasional – muncul saat kehamilan, biasanya sementara, tetapi meningkatkan risiko diabetes tipe 2 di kemudian hari.
Penyebab Diabetes Melitus
Penyebab diabetes melitus bergantung pada jenisnya. Untuk tipe 1, penyebab pasti belum sepenuhnya diketahui, tetapi faktor autoimun, genetik, dan lingkungan diduga berperan.
Pada tipe 2, penyebab paling dominan adalah gaya hidup tidak sehat:
-
Pola makan tinggi gula, karbohidrat sederhana, dan lemak jenuh.
-
Kurangnya aktivitas fisik.
-
Obesitas, terutama lemak di perut.
-
Faktor genetik, jika ada riwayat keluarga dengan diabetes.
Sementara itu, diabetes gestasional dipengaruhi perubahan hormon saat hamil yang mengganggu kerja insulin.
Gejala Diabetes Melitus
Gejala diabetes seringkali samar dan tidak disadari hingga terlambat. Namun, ada beberapa tanda khas yang dikenal sebagai “gejala 3P”:
-
Poliuria – sering buang air kecil, terutama malam hari.
-
Polidipsia – rasa haus berlebihan.
-
Polifagia – rasa lapar berlebihan meski sudah makan.
Selain itu, gejala lain yang bisa muncul meliputi:
-
Berat badan turun tanpa sebab.
-
Mudah lelah.
-
Luka sulit sembuh.
-
Pandangan kabur.
-
Infeksi berulang, misalnya pada kulit atau saluran kemih.
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Tidak semua orang memiliki risiko yang sama. Beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena diabetes adalah:
-
Usia di atas 45 tahun.
-
Riwayat keluarga dengan diabetes.
-
Berat badan berlebih atau obesitas.
-
Gaya hidup sedentari, jarang bergerak.
-
Tekanan darah tinggi atau kolesterol tinggi.
-
Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Komplikasi Diabetes Melitus
Jika tidak dikendalikan, diabetes bisa menimbulkan komplikasi serius yang menyerang berbagai organ:
-
Jantung dan pembuluh darah → risiko serangan jantung dan stroke meningkat.
-
Ginjal → gagal ginjal kronis yang bisa berakhir dengan cuci darah.
-
Mata → retinopati diabetik yang dapat menyebabkan kebutaan.
-
Saraf → neuropati diabetik yang menimbulkan nyeri atau mati rasa, terutama di kaki.
-
Kaki diabetik → luka kronis yang bisa berakhir dengan amputasi.
Diabetes juga meningkatkan risiko infeksi dan memperlambat proses penyembuhan tubuh.
Pencegahan Diabetes Melitus
Kabar baiknya, sebagian besar kasus diabetes tipe 2 bisa dicegah. Cara-cara pencegahan yang terbukti efektif antara lain:
-
Pola makan sehat → batasi gula tambahan, pilih karbohidrat kompleks, konsumsi lebih banyak sayur, buah, dan biji-bijian.
-
Aktivitas fisik teratur → minimal 30 menit per hari, 5 kali seminggu.
-
Jaga berat badan ideal → kurangi berat badan jika obesitas.
-
Hindari merokok dan alkohol.
-
Cek kesehatan rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
Pengobatan Diabetes Melitus
Bagi yang sudah terdiagnosis, pengobatan bertujuan untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil. Caranya:
-
Perubahan gaya hidup – diet sehat, olahraga, dan manajemen stres.
-
Obat-obatan – dokter biasanya meresepkan obat antidiabetes oral.
-
Insulin – pada pasien tertentu, terutama diabetes tipe 1.
-
Pemantauan gula darah rutin – untuk menilai efektivitas terapi.
Pendekatan holistik sangat penting, karena pengobatan bukan hanya soal obat, melainkan juga kesadaran pasien menjaga kesehatannya.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda sering mengalami gejala 3P, mudah lelah, atau memiliki luka yang tidak kunjung sembuh, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Deteksi dini sangat membantu mencegah komplikasi. Bagi orang dengan faktor risiko tinggi, pemeriksaan gula darah rutin juga penting meskipun belum ada gejala.
Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang bisa menyerang siapa saja, terutama mereka dengan gaya hidup kurang sehat. Penyakit ini sering disebut “silent disease”, karena gejalanya tidak selalu jelas, namun dampaknya bisa fatal jika diabaikan.
Kabar baiknya, dengan gaya hidup sehat, pemeriksaan rutin, dan pengobatan yang tepat, diabetes bisa dikendalikan. Mengenal penyakit gula sejak dini adalah langkah pertama untuk melindungi diri dan keluarga dari komplikasi yang membahayakan.