Kesehatan adalah salah satu aset paling berharga yang sering baru kita sadari pentingnya ketika tubuh mulai memberi tanda-tanda gangguan. Salah satu masalah kesehatan yang kerap muncul diam-diam, tetapi memiliki dampak besar pada kualitas hidup, adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit ini sering tidak disadari karena minim gejala, namun justru itulah yang membuatnya berbahaya.
Hipertensi bisa menyerang siapa saja, dari usia muda hingga lanjut, dan menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit kronis lainnya. Memahami hipertensi berarti memberi kesempatan lebih besar bagi diri kita untuk mencegah, mengendalikan, dan hidup lebih sehat.
Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis ketika tekanan darah dalam pembuluh arteri secara konsisten berada di atas batas normal. Tekanan darah sendiri diukur dalam dua angka: sistolik (tekanan saat jantung memompa darah) dan diastolik (tekanan saat jantung beristirahat di antara detak). Normalnya, tekanan darah berkisar di bawah 120/80 mmHg.
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi bila hasil pengukuran tekanan darahnya mencapai ≥140/90 mmHg secara berulang. Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” karena bisa berlangsung tanpa gejala jelas, tetapi diam-diam merusak organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dan mata.
Menurut data WHO, sekitar 1,28 miliar orang di dunia hidup dengan hipertensi, namun hampir setengahnya tidak menyadari kondisinya. Di Indonesia sendiri, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat prevalensi hipertensi mencapai 34,1% populasi dewasa.
Penyebab Hipertensi
Hipertensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Dalam dunia medis, hipertensi dibagi menjadi dua jenis utama:
-
Hipertensi Primer (Esensial)
-
- Jenis yang paling umum (sekitar 90–95% kasus).
- Penyebab pastinya belum jelas, tetapi berkembang perlahan akibat kombinasi faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan.
-
Hipertensi Sekunder
-
- Disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu.
- Misalnya penyakit ginjal, gangguan hormonal (hiperaldosteronisme, Cushing), kelainan pembuluh darah, atau penggunaan obat tertentu (seperti pil KB, obat antiinflamasi nonsteroid).
- Biasanya muncul tiba-tiba dan tekanan darah bisa sangat tinggi.
Faktor Risiko Hipertensi
Ada beberapa faktor yang membuat seseorang lebih rentan terkena hipertensi:
- Usia: risiko meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah 40 tahun.
- Keturunan (Genetik): riwayat keluarga hipertensi meningkatkan peluang seseorang.
- Kelebihan berat badan/obesitas: tubuh yang berlebih lemak memaksa jantung bekerja lebih keras.
- Kurang aktivitas fisik: gaya hidup sedentari memperbesar risiko.
- Pola makan tidak sehat: konsumsi garam berlebihan, makanan olahan, serta rendah serat.
- Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
- Stres kronis.
- Kondisi medis tertentu: diabetes, penyakit ginjal kronis, sleep apnea.
Gejala Hipertensi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa pun hingga penyakitnya menimbulkan komplikasi serius. Namun, beberapa tanda yang bisa muncul antara lain:
- Sakit kepala, terutama di bagian belakang kepala.
- Pusing atau rasa melayang.
- Penglihatan kabur.
- Jantung berdebar.
- Mudah lelah.
- Mimisan (pada tekanan darah yang sangat tinggi).
Karena gejala sering samar, pemeriksaan tekanan darah rutin adalah cara terbaik untuk mengetahui kondisi ini.
Komplikasi Hipertensi
Jika tidak dikendalikan, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan organ vital. Beberapa komplikasi serius antara lain:
- Penyakit jantung koroner (serangan jantung, gagal jantung).
- Stroke akibat pecah atau tersumbatnya pembuluh darah otak.
- Gagal ginjal kronis.
- Gangguan penglihatan (retinopati hipertensi).
- Aneurisma (pelebaran pembuluh darah yang berisiko pecah).
Hipertensi yang berlangsung bertahun-tahun tanpa kontrol bisa memperpendek harapan hidup seseorang secara signifikan.
Cara Mencegah dan Mengatasi Hipertensi
Penanganan hipertensi terdiri dari perubahan gaya hidup sehat dan, bila diperlukan, konsumsi obat antihipertensi sesuai resep dokter. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
1. Perubahan Gaya Hidup
- Kurangi konsumsi garam: batasi <5 gram per hari.
- Pola makan sehat: perbanyak sayur, buah, gandum utuh, kurangi makanan olahan.
- Jaga berat badan ideal: penurunan berat badan 5–10% dapat menurunkan tekanan darah signifikan.
- Aktivitas fisik rutin: minimal 30 menit sehari, 5 kali seminggu (jalan cepat, bersepeda, berenang).
- Hindari merokok dan batasi alkohol.
- Kelola stres: meditasi, relaksasi, atau hobi positif.
- Tidur cukup: 7–8 jam per malam.
2. Obat-obatan
Jika perubahan gaya hidup belum cukup, dokter dapat meresepkan obat antihipertensi seperti:
- Diuretik.
- ACE inhibitor.
- ARB (angiotensin receptor blocker).
- Beta blocker.
- Calcium channel blocker.
Pemilihan obat tergantung kondisi medis pasien, usia, dan faktor risiko lainnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasikan ke dokter jika:
- Tekanan darah sering berada di atas 140/90 mmHg.
- Ada gejala seperti sakit kepala hebat, nyeri dada, sesak napas, atau gangguan penglihatan.
- Memiliki faktor risiko tinggi seperti diabetes, penyakit ginjal, atau riwayat keluarga stroke/serangan jantung.
Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan secara rutin:
- Setidaknya 1–2 kali setahun untuk orang dewasa sehat.
- Lebih sering bagi yang memiliki faktor risiko.
Kesimpulan
Hipertensi adalah penyakit umum yang sering tidak menimbulkan gejala, tetapi bisa berakibat fatal bila diabaikan. Kombinasi gaya hidup sehat dan kontrol medis rutin adalah kunci utama untuk mencegah dan mengendalikan tekanan darah tinggi.
Mengetahui penyebab, gejala, serta cara penanganan hipertensi sejak dini akan membantu kita menghindari komplikasi serius. Karena itu, mulai sekarang, biasakan pola makan sehat, rutin berolahraga, serta memeriksakan tekanan darah secara berkala.